Sunday 27 August 2017

Sistem Aliran Atas Kolam Koi

Setelah melihat hasil dari ujicoba sistem aliran atas kolam ibc, akhirnya kami mencoba untuk mengembangkan lagi di kolam koi. Dari akuaponik yang sudah ada kami tambah growbed lagi khusus untuk menanam dengan sistem aliran atas.
Dalam membangun sistem aliran atas kali ini, bahan yang kami gunakan antara lain 
1. Ember hitam yang dibeli di toko bangunan dengan ukuran diameter 30 cm seharga Rp11.000,- untuk masing masing ember. 
2. Pipa 3/4" untuk jalur pengairan atas dari filter ke growbed.
3. Pipa 2" untuk jalur pengairan dari growbed ke kolam.
4. Siku 3/4" untuk jalur pengairan dari growbed ke pipa 2".
5. penyangga growbed dari kayu bekas atap jemuran.
6. Arang kayu & pasir malang sebagai media tanam.
7. Dop 2" untuk menutup salah satu ujung pipa 2".

Proses pengerjaan agak lama, karena dikerjakan hanya diwaktu luang sore hari sepulang kerja.




Kendala yang kami hadapi waktu itu adalah memasang bagian aliran dari growbed, karena kebetulan ada pohon kelor yang menghalangi jalur pipa. Kami memilih untuk mempertahankan pohon kelor karena manfaatnya, dan mencari alternatif lain.
Skema persis sama dengan sistem aliran atas kolam ibc, yang membedakan kali ini adalah media tanamnya. Kami memasang 10 growbed sekaligus, 5 growbed kami isi 100% arang kayu dan 5 growbed kami modifikasi yaitu bagian bawah berupa arang kayu dan bagian atas sekitar 50% kami isi pasir malang.
Memang sengaja kami membedakan media tanamnya karena sekalian kami ingin melihat apakah ada perbedaan pertumbuhan pada tanaman nantinya.
Setelah semua selesai, segera kami menanam disetiap growbed, ada buncis, kacang kapri, cabe, tomat dan masing masing kami tanam dari biji kecuali tomat.

Dari hari ke hari kami selalu memperhatikan perkembangan tanaman dan itu rasanya menyenangkan sekali, karena ada sebuah harapan dari tanaman yang kami tanam.
Secara kebetulan, kami memiliki bibit sawi yang sudah siap untuk dipindah dan karena growbed bagian pinggir masih terlihat longgar, kami pun menanaminya walau sebenarnya hanya iseng he... Tapi kami hanya tanam di growbed yang media bagian atasnya berupa pasir malang karena, meski aliran air hanya terfokus di bagian tengah, tapi ternyata seluruh permukaan terlihat basah. Berbeda dengan media arang, bagian permukaan hanya terlihat basah dibagian yang terkena aliran air.
 

Saat masih muda


Seiring waktu tanaman tumbuh dan berkembang ada yang baik dan ada yang kurang baik. Untuk tanaman kapri yang ditanam dengan media arang ternyata pertumbuhannya kurang bagus, tanaman cenderung berwarna kuning, berbeda dengan yang berada di media pasir malang, kapri tumbuh lebih baik daun berwarna hijau normal. Kami belum tahu mengapa, tapi kemungkinan karena aliran air jatuh persis mengenai tanaman, berbeda dengan yang kami tanama di media pasir malang, tanaman masih berjarak beberapa cm dari aliran air.
Untuk buncis dari 3 tanaman yang kami tanam semua tumbuh dengan baik, baik yang di media arang maupun yang di pasir malang.



Kapri dan buncis tumbuh baik.


Ada sesuatu yang sederhana tapi menurut kami menarik. Sawi yang kami tanam di pinggir ember dengan media pasir malang, ternyata tumbuh sangat subur, tapi sayang tanaman utama seperti cabe dan tomat yang pertumbuhannya lebih lambat karena umur lebih panjang justru tertutup sehingga pertumbuhannya terganggu, karena sinar terhalang.




Cabe yang mulai tertutup sawi


Tapi bagi kami ini pangalaman menarik, jika nanti menanam lagi dalam satu growbed kecil ada beberapa jenis tanaman, perlu dipertimbangkan jenis tanamannya. Kapri dan buncis juga kami tanam bersamaan dengan sawi pada satu growbed, tapi karena tanaman kapri dan buncis berumur pendek dan menjalar maka pertumbuhannya tidak tertutup oleh sawi.


Sawi mulai membesar.


Sawi yang mulai dipanen.


O iya ada satu lagi pengalaman menarik. Ember yang kami gunakan berdiameter 30 cm, dan air dari filter kami alirkan terfokus di tengah-tengah. Jadi jarak antara titik air dan tepian ember sekitar 15 cm, sawi ditanam berjarak sekitar 10-15 cm dari titik air dan ternyata pertumbuhannya sangat bagus. Hal ini sangat menarik dan berguna bagi kami.


Buncis 1 pohon.


Kapri.






Kami memetik buncis.


Panen perdana dari 3 pohon.


Tumis buncis akuaponik.

Sekian dulu pengalaman kami.

Salam akuaponik

Wana Wana

Sunday 6 August 2017

Karena Oksigen (akuaponik)

Sejak awal berakuaponik, kami mengandalkan pengamatan terutama lewat indra penglihatan, hal ini tentu ada kelebihan dan kekurangan. Tapi kami tetap mempertahankan cara ini, supaya kami terbiasa dengan indra kami.
Sebelumnya di sini, kami mencoba mengamati pertumbuhan tanaman mulai dari yang tumbuh di dekat sumber air, tanaman yang sering tergenang, tanaman yang ditanam terlalu dalam, tapi kami tak menyimpulkan apa-apa, karena memang belum yakin he...

Ada pertanyaan yang terlintas, ketika kami menanam kangkung di akuaponik kolam fiber, hasilnya lumayan bagus dengan daun berwarna hijau tua sebagai tanda tidak kekurangan nutrisi, tapi sebelumnya, dengan sistem yang sama, kami menanam sawi hasilnya sangat mengecewakan, tanaman seperti jalan ditempat.


Kangkung bisa subur.


Sawi yang 'jalan ditempat'

Dua perbedaan ini menunjukkan kepada kami bahwa, sebenarnya nutrisi tersedia melimpah, hal itu dibuktikan dari tanaman kangkung yang bisa tumbuh baik. Pertanyaannya... apa penyebab perbedaan ini..?
Kami mengingat kembali pengamatan dan pengalaman kami. Tanaman bayam yang terlalu dekat sumber air dengan sistem pasang surut pertumbuhannya tidak bagus dibandingkan dengan yang jauh sumber air pada growbed yang sama. Tanaman bayam yang ditanam terlalu dalam, dengan sistem pasang surut pertumbuhannya juga kurang begitu bagus dibandingkan yang ditanam lebih dangkal. Pengalaman-pengalaman ini, jika dihubungkan dengan tanaman kangkung dan sawi tadi, sepertinya ada kemiripan meski dengan sistem yang berbeda.
Dari pengamatan dan pengalaman, akhirnya kami mencoba sesuatu yang lain lagi di akuaponik kolam fiber, untuk mencari titik terang he.... Kami menanam sawi lagi dan seluruh bagian akar terendam air. Kali ini, kami menyuplai oksigen dengan bantuan aerator ke growbed.


Mencoba lagi.

Seiring waktu, ada perbedaan pertumbuhan sawi dari yang kami coba sebelumnya dengan yang sekarang. Jika sebelumnya tanaman sawi tidak berkembang sama sekali sampai usia panen, dengan kata lain jalan ditempat, sekarang berbeda. Meski terlihat daun sedikit menguning, tapi tanaman sawi bisa tumbuh besar, bahkan hampir sama dengan tanaman sawi yang ditanam di tanah dari semaian yang sama. 
Di lain sisi, ada sesuatu yang juga kami dapatkan yaitu bahwa, pertumbuhan tanaman sawi ternyata tidak merata. Tanaman yang ditanam terdiri dari 4 baris, baris paling kanan, tanaman tumbuh paling besar dan semakin ke kiri semakin mengecil. Pemandangan ini tentu unik, tapi memberikan kami informasi penting. Jika kita gambarkan seperti di bawah ini, paling kanan baris 1, tumbuh paling besar, baris 2 lebih kecil dari baris 1, baris 3 lebih kecil dari baris 2 dan baris 4 tumbuh paling kecil.

 

Nah sekarang bisa kita lihat pertumbuhan tanam sawi di bawah ini, tentu menarik bukan he...




Sebenarnya perbedaan itu secara tidak sengaja terjadi. Kami sengaja meletakkan penyuplai oksigen di bawah baris 1, berharap aliran air yang menuju ke kiri akan serta membawa oksigen. Meskipun terjadi, tapi ternyata oksigen yang terbawa mungkin tidak begitu banyak hal ini dilihat dari pertumbuhan tanaman. Dan baris 1 yang di bawahnya langsung disuplai oksigen, pertumbuhannya paling bagus sedangkan baris 4 yang paling jauh dari sumber oksigen, pertumbuhannya paling lambat.
Bagi kami, pengalaman ini semakin memperjelas bahwa, oksigen memegang peranan sangat penting dalam pertumbuhan tanaman, khususnya dalam akuaponik, terlepas dari nutrisi yang melimpah.
Semoga pengalaman selanjutnya akan semakin memperkaya pengalaman kami. Memang secara teori sudah banyak dipaparkan, tapi tidak ada salahnya kami mencoba dan mencoba, belajar dan belajar.

Mohon maaf bila banyak kekurangan, niat kami ingin berbagi pengalaman...

Salam akuaponik

Wana Wana