Wednesday 18 March 2020

Sistem Tanam Pasang Surut Tanpa Media Kerikil

Sampai saat ini saya masih sering mengalami kendala saat menanam sayuran darat seperti sawi dengan metode dft. Dari pengalaman selama ini, masalah utama yang sering terjadi adalah pasokan oksigen yang kurang, karena cenderung yang saya lakukan, bagian bawah rockwool masih tersentuh air. 
Dulu pernah mencoba dengan sistem mirip rakit apung dengan bagian bawah diberi aerator dan hasilnya, pertumbuhan tidak merata, ada bagian yang subur dan ada bagian yang tidak subur. Dari pengamatan, bagian yang subur adalah bagian yang bawahnya terkena banyak gelembung udara dari aerator, begitu sebaliknya. Tapi jika kita menggunakan banyak aerator tentu akan lebih boros di listrik, apalagi jika yang kita tanam sangat banyak atau luas.
Akhirnya mencoba cara baru yang suplai oksigen tidak dari aerator. Cara yang saya lakukan adalah dengan menggunakan sistem pasang surut, tapi tanaman tidak mengikuti irama pasang surut. Tanaman tetap berada di posisinya, hanya air yang mengalami pasang surut. Dengan cara ini, saat terjadi surut tanaman bisa bernafas dan saat pasang tanaman bisa mengambil nutrisi yang terbawa air. 
Memang metode ini sangat mirip pasang surut biasa, perbedaan terletak pada penggunaan media tanam. Jika cara biasanya selalu menggunakan media tanam seperti kerikil yang diisikan ke wadah tanam sampai penuh, cara yang coba saya terapkan hanya menggunakan rockwool ukuran 2,5 cm x 2,5 cm x 3 cm untuk 1 tanaman. Jadi bagian bak/wadah tidak ada media kerikil, hanya berisi air saja yang akan mengalami proses pasang surut terus menerus.
Untuk mencoba cara ini saya membongkar 2 growbed ibc yang sebelumnya terisi kerikil. Karena sebelumnya sudah menggunakan bell siphon untuk pasang surut jadi saya hanya tinggal menyingkirkan kerikil dan membuat dudukan untuk tanaman dalam hal ini netpot.




Penyangga dudukan untuk netpot saya pergunakan tali tampar seadanya yang saya ikat kencang ke besi yang ada di pinggir. Untuk penyangga netpot saya memanfaatkan karpet talang yang juga kebetulan ada bekas punya kakak yang tidak lagi terpakai.




Untuk membuat lubang dudukan netpot pada karpet, saya menggunakan bor tangan dengan mata bor hole saw dengan bagian bawah diberi landasan kayu balok. Untuk jarak tanam, saya terapkan 15 cm antar tanaman, tapi harus disesuaikan juga dengan tali tampar yang ada dibawahnya supaya tidak menghalangi lubang dudukan netpot. 







Setelah semua siap, tinggal kita pasang netpot mungkin sekalian bibit tanaman, tapi bisa juga sekalian pembibitan di tempat ini juga. 
Ingat... saya juga dalam proses melakukan percobaan, dalam hal ini faktor oksigen yang menjadi fokus saya, kesuburan tanaman tentu dipengaruhi banyak faktor terutama nutrisi, jadi jika terjadi ketidak suburan perlu kita telusuri. Cara ini hanya untuk inspirasi, kita bisa menggunakan bahan lain yang mungkin lebih baik. 




Dari perkembangan tanaman, sampai sejauh ini belum ada tanda tanda menguning di bagia tepi daun seperti yang terjadi pada dft. Semoga saja metode ini benar-benar cocok karena, menurut saya jauh lebih hemat, kita tidak perlu aerator ataupun media kerikil yang begitu banyak. Untuk menghindari nyamuk yang mungkin ada, di bak saya masukkan ikan wader 2 ekor.

O iya, lama pasang surut mungkin akan mempengaruhi jadi kita akan coba terus nanti kedepannya.



Salam Akuaponik 
Wana Wana