Sunday 1 December 2013

Hama... Oh... Hama...

Mungkin akan sangat menjengkelkan saat melihat tanaman yang kita sayangi hancur karena hama ataupun peyakit, semua yang telah kita lakukan seolah-olah tiada gunanya. Masih beruntung jika hanya 1 atau 2 tanaman, bayangkan jika hampir semua tanaman terserang hama. Mungkin pengalaman itu pernah kita alami terutama bagi kita yang hoby dalam menanam. Apa yang harus kita lakukan, mungkin itu adalah pertanyaan yang sering timbul saat kita mengalami hal itu. 
Pengalaman itu pernah bahkan sering keluarga kami alami, terutama saat awal-awal kami menanam. Tanaman sawi sendok yang banyak dihinggapi hewan kecil seperti kutu, taneman seledri yang mengalami busuk akar akhirnya mati, tanaman loncang yang membusuk,  tomat yang berbuah lebat tiba-tiba ujung buahnya mengalami pembusukan, pohon cabe yang sudah berbuah tiba-tiba menguning dan akhirnya mati, Buah cabe, pepaya dan tomat yang buahnya membusuk dan serangan besar-besaran dari kelompok belalang. Itu adalah sebagian pengalaman yang benar-benar pernah kami alami dalam menanam di pekarangan kecil kami.

Contoh pengalaman yang pernah kami alami,
buah tomat yang mulai membesar, semua ujungnya membusuk.

Tidak hanya jengkel.... stres pun kami alami karena kami tidak tahu bagaimana cara mengatasinya. Bertanya kepada orang yang lebih berpengalaman, mencari informasi di dunia maya, bahkan membeli buku yang khusus membahas penanggulangan hama kami coba. Yang lebih parah keyakinan kami hampir goyah, kami hampir menggunakan bahan kimia dalam menangani hama, memang... dengan bahan kimia mungkin semua hama bisa mati, akan tetapi tentu hewan lain yang sebenarnya menguntungkan pasti ikut mati juga, bukan hanya itu bahan kimia yang menempel pada tanaman tentu akan kita santap juga nantinya... Sebuah solusi yang kurang tepat saya rasa. 
Dari informasi-informasi yang telah kami dapat, kami memilih mengatasi dengan pestisida alami, dengan mengandalkan buah dan dedaunan. Tentu tidak semudah yang kita duga, mengapa...? Kita bisa lihat disekeliling kita, tanaman sudah mulai habis, mencari daun nimba, buah brotowali, daun tembakau, dll.. ternyata sudah susah. Kami pun mencoba meramu dari apa yang ada disekitar kami seperti cabe, daun tomat, daun pepaya, bawang putih, daun sirsat tapi sayang... tidak terlalu manjur.., hama-hama itu masih menjarah tanaman kami. Mungkin permasalahannya kami kurang tekun. Dan menyerah... itulah akhirnya yang kami lakukan.
Tentu menyerah bukan berarti kalah, kami tetap mencari alternatif lain. Pernah dengar pepatah mengatakan, mencegah lebih baik dari pada mengobati, nah..... dan itulah jalan yang akhirnya kami lakukan. 

Ya... langkah pencegahan akhirnya coba kami lakukan, tentu kami harus banyak belajar untuk melakukan nya, banyak membaca dari buku dan internet adalah jalannya. Memang tidak mudah melakukan pencegahan, tapi itu akan lebih baik dan hasilnya adalah apa yang telah kami rasakan saat ini. Saya pribadi pernah membaca, entah dari mana sumbernya... lupa...., apa yang dikatakan intinya adalah begini ketika tanaman itu bisa tumbuh dengan subur maka tanaman itu tidak akan mudah terserang penyakit. Kata-kata itu yang saya pegang, hingga saat ini.


Suaranya yang lucu membuat kami selalu terhibur.

Modal pengalaman yang telah kami dapatkan mengajarkan kami untuk bisa menjaga supaya tanaman yang kami tanam bisa tumbuh dengan dengan subur.

Unsur tanah...
Dari tulisan saya sebelumnya dengan judul Si Pembajak Kecil Yang Terabaikan, saya ingin menunjukkan bahwa tanah yang mengandung banyak nutrisi, tanah yang gembur adalah kondisi tanah yang sangat ideal untuk tanaman bisa tumbuh dengan subur. Selama ini, untuk menjaga tersedianya nutrisi, kami mengandalkan pupuk kandang dan kotoran ikan. Sejak awal akan menanam, pupuk kandang, cocopit, arang sekam padi dan tanah adalah standart kami, dan cacing tanah akan kami masukkan setelah persiapan tanah selesai. Dari pengalaman selama ini, tanpa adanya cacing tanah, semakin lama kondisi tanah akan semakin padat, dan air yang kami siramkan terlalu lama meresap dan tidak merata. Kondisi berbeda saat ada cacing tanah, setiap hari seperti ada kegiatan membajak di dalam tanah, air sangat cepat menyerap, dan tanah benar-benar gembur sehingga udara tersedia sangat banyak yang tentunya sangat baik untuk mikroba yang ada di sekitar akar tanaman. Unsur tanah dalam hal ini tentu harus mengandung banyak nutrisi dan gembur.

Unsur air...
Haus... tentu tanaman juga merasakan, untuk menjaga supaya tanaman tidak kehausan kita harus selalu menjaga jangan sampai tanaman kekurangan air. Saat tanaman mulai layu harus secepatnya kita siram jika tidak, jangan harap nyawanya akan tertolong he... Tentu kita tidak perlu menunggu tanaman layu, penyiraman seharusnya selalu dilakukan setiap hari. Dari pengalaman, saat musim hujan, kami melakukan penyiraman 2 hari sekali dan itu pada sore hari, tapi saat musim panas/kemarau harus setiap hari, karena air yang ada di tanah tentu juga mengalami penguapan. Selama ini kami selalu mengandalkan air kolam ikan untuk penyiraman. Pada tulisan saya sebelumnya dengan judul Hebatnya Air Kolam Ikan... saya ingin menunjukkan bahwa betapa air kolam ikan benar-benar menyuburkan, karena dengan menyiram menggunakan air kolam tidak hanya air tetapi pupuk juga didapatkan oleh tanaman. Itulah mengapa selama ini keluarga kami selalu mengandalkan air kolam ikan dalam penyiraman.

Unsur Cahaya...
Ketika unsur tanah dan air tercukupi belum tentu tanaman bisa tumbuh dengan subur. Pengalaman pertama dalam hidup yang saya alami tentang unsur cahaya adalah waktu saya masih tinggal di Panti Asuhan. Waktu itu saya menanam pohon tomat dalam satu bedeng, awalnya tomatpun tumbuh dengan subur tapi semakin lama pertumbuhan itu tidak biasa, tomat terus bertambah tinggi bahkan waktu itu lebih dari satu meter, pertumbuhan itu membuat pohon tomat saya menjadi rapuh dan mau tidak mau harus ditopang dengan bambu. Waktu itu saya kira tidak ada masalah, tapi setelah sekian  lama tumbuh ternyata buah yang dihasilkan sangat mengecewakan, kecil-kecil dan jumlahnya sedikit. Waktu itu saya belum begitu paham, tapi setelah bertahun tahun terus menanam akhirnya dari pengalaman yang didapatkan saya bisa semakin mengerti, dan akhirnya saya juga tahu mengapa waktu itu pertumbuhan tomat yang saya tanam terus tumbuh tinggi seolah-olah tidak terkendali, dan cahaya... itulah penyebabnya. Tanaman dalam hidupnya selalu berusaha untuk mendapatkan cahaya. Ketika sinar terhalang, maka jalan satu-satunya bagi tanaman adalah berusaha lebih tinggi dari apa yang menjadi penghalangnya, dan ketika cahaya itu tidak didapatkan sama sekali, akhirnya lama-kelamaan tanaman itu akan mati. Dari pengalaman itulah dalam setiap menanam, saya selalu mencari cara supaya tanaman saya bisa selalu mendapatkan cahaya. Dan mungkin perlu untuk dicatat, meskipun cahaya dibutuhkan tapi kadar itu berbeda untuk setiap tanaman.

Kesuburan yang terjaga adalah hal yang sangat penting untuk menjaga supaya tanaman tidak mudah terserang panyakit. Tentu ada hal-hal lain yang harus diperhatikan juga untuk menjaga supaya tanaman kita tidak terserang penyakit/hama.

Menjaga jarak tanam...
Ya.. dari pengalaman, tanaman yang terlalu berdekatan tentu tidak baik. Selain karena faktor nutrisi yang direbutkan, daun-daun dari tanaman yang berdekatan bisa saling tumpang tindih sehingga cahaya yang didapatkan kurang maksimal. Selain itu, jika dalam menanam terlalu dekat satu dengan yang lain, biasanya derah tersebut akan sangat rimbun, nah... biasanya hama tanaman akan sangat suka ditempat itu. Mungkin seperti kita, tentu kita lebih suka di tempat yang sejuk daripada yang panas.

Lingkungan tempat menanam...
Pernah saya membaca sebuah buku, bahwa tempat kita menanam sebaiknya memiliki tempat yang bersih, dalam artian jangan sampai tempat kita menanam disekitarnya banyak terdapat tumpukan sampah daun, karena hama juga banyak bersembunyi ditumpukan tersebut. Memang itu benar, perbedaan memang terjadi ketika saya mulai membersihkan lingkungan tempat menanam, karena sebelumnya sampah daun kami kumpulkan dibawah tempat kami menanam.

Biarkan alam bekerja...
Memang saya bingung mencari kata-kata yang pas, tapi maksud saya begini, di alam ini tentu ada yang namanya rantai makanan, tentu kita sudah tau.... Nah kita hanya perlu mengenal sedikit saja dari binatang disekitar kita, dan kemudian membiarkan mereka hidup dengan caranya sendiri selama itu tidak mengganggu dan merugikan kita. Di pekarangan kami, kodok bencok kami biarkan asalkankan jumlahnya tidak terlalu banyak, karena mereka meyantap serangga yang ada di tanaman, cicak yang ada ditempat kami juga banyak, mereka berjasa karena selain nyamuk mereka juga menyantap kupu-kupu, yang kita tahu kupu kupu bisa menjelma menjadi ulat. Laba-laba, saya sendiri sering melihat laba-laba dengan jaringnya menangkap belalang dan hewan kecil lain. Dan yang baru saya tahu setelah membaca majalah TRUBUS adalah, bahwa capung adalah sahabat petani.  Tentu masih banyak hewan lain yang berjasa membantu kita, hanya kita terkadang tidak mau tahu dan akhirnya mengusir bahkan membunuh mereka.

Menanam secara tumpang sari...
Cara ini secara tidak sengaja kami lakukan, karena kami ingin supaya sebagian besar sayuran yang ingin kami masak tersedia dipekarangan kami. Ternyata cara ini memiliki manfaat dalam pengendalian hama. Dan yang sedikit saya tau, bahwa menanam dengan berbagai jenis sayuran akan membuat hama terganggu, karena setiap tanaman memiliki aroma yang berbeda-beda, atau bahasa orang awam seperti saya hama akan bingung memilih tanaman kesukaannya...

Tangan kita jangan malas...
Kita sendirilah yang akhirnya juga berperan mengendalikan hama. Untuk ulat, belalang kami selalu menangkap dengan tangan kami sendiri, selain karena mereka merugikan, mereka adalah makanan bergizi untuk ikan-ikan kami. Di belakang tempat kami tinggal kebetulan masih berupa hamparan sawah, saat musim panen tiba, sudah pasti pekarangan kami diserbu belalang, mengandalkan binatang predator tentu tidak mungkin, jadi kami yang harus membantu mereka.


Hama memang tidak akan pernah bisa sirna meskipun mereka merugikan kita, tapi di alam ini kita tidak hidup sendiri, banyak makluk hidup lain yang menggantungkan hidupnya pada hama itu. Selama ini, kami hanya percaya bahwa alam sudah memberi yang terbaik, sekarang tinggal bagaimana kita bisa menyelaraskan diri dengan alam sekitar kita.
Dan yang perlu menjadi catatan, mulai sekarang sebisa mungkin dalam mengendalikan hama jangan menggantungkan pada obat kimia, karena keberadaanya justru akan menghancurkan kehidupan kita, dan kelak anak cucu kita tidak akan pernah menikmati alam ciptaan Tuhan yang maha sempurna ini.

Mungkin itu sekelumit pengalaman kami dalam menjaga tanaman dan lingkungan kami... semoga bermanfaat...

8 comments:

  1. Om nanang terima kasih atas info membuat bell siphonnya, saya sangat terbantu (kebetulan saya mau meneliti ttg akuaponik). Perkenalkan saya mahasiswa S1 Agronomi IPB.

    Buah tomat om nanang itu bukan terkena hama, tapi kekurangan unsur hara yaitu Ca (Kalsium). Nama gejalanya itu blossom end rot, coba cari di google gambarnya hehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Mas Anonim (maaf tidak ada namanya he...)... Niat saya untuk berbagi pengalaman dari apa yang saya alami dan amati dan menularkannya, kalaupun itu bisa membantu saya semakin senang, apalagi untuk penelitian. Semoga dengan penelitian Anda, akuaponik semakin berkembang di negara kita, cepat atau lambat pasti dibutuhkan, karena laju pertumbuhan di negara kita tinggi tentu berdampak pada lahan pertanian yang semakin sempit.

      Untuk tomat, makasih sekali masukkannya, kebetulan waktu itu saya tanam di pot, bisa jadi unsur hara sangat terbatas.. sekali lagi makasih banget Mas, pembaca lain akan sangat terbantu dengan masukkan Mas Anonim...

      Semoga sukses dengan penelitiannya Mas... kita tunggu hasilnya....

      Delete
    2. Iya sama2 om, senang bisa membantu. Jujur saya masih sangat awam ttg akuaponik karena selama setaun ini saya hanya belajar teori dan teknisnya saja tanpa melakukan prakteknya. Apa om Nanang mau membantu saran dalam penelitian saya? Karena saya butuh orang yg sudah mahir dalam ber-akuaponik seperti om Nanang. hehe. Apa bener akun kaskusnya om itu n*nonkst? Kalo iya, nanti saya PM om. hehe

      Terus masalah tomat om, mungkin saran saya: coba ganti pakan ikan yg selama ini om berikan karena menurut teori tanaman hanya dapat nutrisi dari kotoran ikan sehingga inputnya hanya pakan ikan yang diberikan. Maaf kalo saya sok tau om. hehehe

      Delete
    3. Terimakasih Mas.. Saya sebenarnya juga masih belajar, dibilang mahir juga tidak, hanya kebetulan saya hobi menanam dan memelihara ikan, jadi pas he..he...
      Betul "nanonkst" itu akun saya he.....dan untuk saran...saya PM aja nanti...

      Makasih Mas sarannya.., mungkin untuk ganti, akan saya pertimbangkan, tapi karena ikan yang untuk akuaponik 2 adalah nila, saya mencoba menambah makanan dedaunan dan masih saya amati.. Sekali lagi makasih masukkannya Mas, senang bisa berbagi...

      Delete
  2. Halo mas nanang... saya mau tanya... tanaman cabai saya tumbuhkan di akuaponik lalu karena tempatnya terlalu sempit saya pindahkan ke pot biasa... sudah mau berbuah tapi nampaknya banyak calon buah yg gugur karena ada hama kecil yg berwarna kuning... saya cari di internet tapi masih bingung bagaimana mengatasinya secara organik... mohon bantuan nya ya mas... trimakasih :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo juga Mas/Mbak Hanifa
      Kalo selama ini saya mengandalkan tembakau, daun pepaya, bawang putih, daun sirih merah dan hijau, daun sirsat... semua direbus sampai mendidih trus didiamkan selama satu hari, setelah itu disaring baru diaplikasikan...
      Tapi memang harus rutin, kalo enggak ya pasti datang lagi, apalagi musim penghujan pasti banyak hama..
      Trimakasih..

      Delete
  3. hallo mas' nanang.
    kalo tepi daun tanaman tomat menguning gimana cara ngatasinya ya...
    saya baru belajar akuaponik nih..
    thks

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo juga Mas Ahadi..
      Itu kemungkinan karena kekurangan nutrisi, sistem baru cenderung seperti itu, apalagi jika sistem yang dibangun tidak menggunakan filter. Keadaan seperti itu tidak bisa langsung disimpulkan Mas, harus ditelusuri secara keseluruhan sistemnya, karena cara pananaman juga punya pengaruh, bahkan sistem tanpa atap yang sering terkena hujan juga bisa berpengaruh sekali.

      Delete