Wednesday 8 February 2017

'Bank' Sampah Daun




Sejak awal, kami ingin memiliki hunian yang menyatu dengan alam, sehingga pemandangan hijau menyegarkan, udara yang bersih dan sejuk, bisa kami dapat dan rasakan dari dalam rumah kami. Untuk itulah kami banyak menanam pepohonan, baik buah, bunga dan sayuran. Kami ingin rumah kami sejuk karena tanaman yang kami tanam bukan karena mesin ac (air conditioner), kami ingin rumah kami segar bukan karena parfum atau wewangian buatan, namun kesegaran alami dari tanaman yang kami tanam, kami ingin udara di lingkungan kami bersih bukan karena mesin pembersih udara, tapi karena tanaman yang kami tanam. Dan semua itu sekarang sudah dan terus kami wujudkan meskipun jauh dari sempurna, setidaknya kami berusaha menciptakan hunian yang menyatu dengan alam yang penuh pepohonan.
Meskipun pekarangan kami tidak terlalu luas, namun banyaknya pepohonan, menyisakan sampah daun yang begitu banyak. Mungkin bagi sebagian orang, dengan menanam banyak pepohonan akan menyusahkan, karena kita harus membersihkan setiap hari, belum ketika sudah rimbun, kita harus melakukan pemangkasan. Memang benar anggapan itu, namun jika kita mau menggali lebih dalam lagi, tentu manfaat yang didapat dengan banyak menanam pohon akan jauh lebih banyak bahkan tak ternilai manfaatnya.
Sampah daun memang menjadi kendala, tapi jika dimanfaatkan kembali tentu akan menjadi berkah bagi kita atau alam lingkungan sekitar kita. Dulu kami telah membuat 'Lubang kehidupan' untuk tempat kami menampung sampah daun di titik titik tertentu sekaligus sebagai resapan air, namun rupanya lubang tersebut tak mampu menampung banyaknya daun yang setiap hari berjatuhan, sehingga kami membutuhkan tempat yang lebih besar lagi.


 
Daun menumpuk setelah pemangkasan.

Ketika 'lubang kehidupan' sudah tak mampu menampung sampah daun kami, kami mengumpulkan daun di tempat tertentu yang langsung bersentuhan atau beralaskan tanah dan tempatnya sejuk, tidak kering, lama-lama daun yang bagian bawah akan membusuk, bahkan semakin lama banyak cacing berkumpul di tempat itu. Tidak hanya cacing, akar tanaman yang berada disekitarnya pun akan menjalar ke tumpukan daun yang telah membusuk dan menjadi tanah tersebut.
Berbekal pengalaman itulah kami mencoba membuat wadah yang lebih besar, supaya dapat menampung lebih banyak daun dan bisa kami manfaatkan sebagai pupuk. Wadah kami buat dari tong air yang sudah tidak terpakai dan kami membuatnya secara sederhana saja berdasar  pada apa yang kami amati di lingkungan kami.

Cara membuat...
1. Membuat lubang di seluruh badan tong, supaya ada banyak oksigen bisa masuk, bagian bawah juga harus diberi lubang, semakin banyak semakin bagus, bahkan alasnya dipotong juga ndak papa, supaya bisa bersentuhan langsung dengan tanah.

 
Melubangi tong.

 2. Dibuatkan pintu dibagian bawah yang bertujuan untuk mengambil daun yang sudah menjadi pupuk, karena lapisan bawah adalah lapisan yang paling duluan masuk sehingga paling cepat menjadi pupuk.



Dibuatkan pintu.


3. Tempatkan di tempat yang teduh, dibawah pohon akan lebih baik, supaya sampah yang ada di dalam tidak kering, selain itu cacing dan bakteri pengurai akan senang he.. Jnagn diberi alas, biarkan bersentuhan dengan tanah langsung, terbenam tentu baik kalo wadahnya tidak besar.



Tempatkan ditempat yang teduh.


4. Masukkan sampah daun, jika mau, dipotong kecil-kecil supaya proses pembusukan lebih cepat, kalo bisa kayu jangan dimasukkan karena prosesnya lama, lebih baik untuk kayu bakar he...





 5. Karena kami membiarkan berproses secara alami, maka prosesnya agak lama dalam hitungan bulan mungkin sekitar 6 bulan. Jika dilubang samping sudah ada banyak kotoran cacing yang keluar, itu pertanda bagian bawah sudah ada daun yang menjadi tanah, coba dicek dengan membuka pintu yang sudah kita buat.


Bagian bawah sudah menjadi pupuk, kotoran cacing terlihat .




Tanah yang sudah menjadi pupuk bisa kita gunakan langsung untuk menanam, kalo kami biasa kami gunakan untuk menanam sayuran di pot.


Ini salah satu contohnya.

Demikian sedikit pengalaman kami dalam mengelola sampah daun di pekarangan kami. Trimakasih

Salam Hijau

Wana Wana


No comments:

Post a Comment